Minggu, 14 Februari 2016

Alamt dan informasi kontak Ketua Cabang PSHT 1-67

01 001 DKP MADIUN ARIEF SOERJONO,
Drs.
Jl. Cokro Wijoyo
No. 7 Madiun Telp. (0351) -
02 002 SURABAYA H. ALIADI IKA,
Drs, MM.
Jl. Mayjen
Sungkono 92 A Surabaya Telp. (031)
5684292
03 003 JAKARTA PUSAT FAHMI WARDI Gedung PPM, Jl. Menteng Raya 9 Jakarta 10340.
Telp. (021)
2300313 Ext. 1967 Wahyuni, Fax. :
(021) 2302050/51
04 004 SURAKARTA ARIF HUDAYANTO,
Drs.
Jl. Paku Buwono
No. 1 Alun-alun Utara, Solo. Telp. (0271) 665438 a/n. Narwan
05 005 YOGYAKARTA H. HERU PRIYATNO,
SH.
Perum
Pemda Malanga Indah No. 3 Giwangan
Umbulharjo Yogyakarta 55163
06 006 MALANG AGUS SANTOSO, Ir. Jl. Merbabu No. 5 Telp. (0341)
362980 /
Jl. D. Tambingan
18 Malang
Telp. (0341)
711992
07 007 NGAWI MOERHANDOKO, Drs. Jl. Bernadip No.
29 Ngawi Telp. (0351)
749728
08 008 CEPU BUDI HARJONO, Spd. SLTPN 4 Cepu Jl.
Cepu-Randu Km 3,5 Cepu. Telp. (0296) 421631/K (0296) 425013/R
09 009 TEGAL SUSETO/DWI LAKSONO Jl. Ketileng No.
13 Slawi Tegal Telp. (0283)
491765/498669/didi
10 010 MOJOKERTO SUBANDI Jl. Welirang II/12
Perum Wates Mojokerto. Telp. 0321-323475
11 011 MAGETAN SOERJADI, Drs. Jl.
Manggis 87 Barat Balai Ds. Gulun Maospati Magetan Telp. 0351-868395
12 012 PONOROGO ASMUNI, Drs. Jl. Lombok 13
Ponorogo Telp./Fax.
0352-482021
13 013 NGANJUK H. HARSONO, Drs,
MM.
Jl. Lurah
Surodarmo 28 Nganjuk Telp. 0358-321551
14 014 KEDIRI HERY SOESETIJO,
Drs.
Perum
Wilis Indah I, Jl. Wilis Mulyo 44 Kediri, Telp. 0354-771600
15 015 BLORA SUGENG SUMARNO, S.Sos. Jl. Cocakrowo No.
57 Perumnas Karangjati Blora
16 016 SEMARANG KOTA C. DAYAT, S.Sos. Jl. Plamongan
Permai I/359 Semarang, Telp. 024-6716020 R/ 024-3572205 K
17 017 SRAGEN KARMO, SPd. &
SURTONO, Drs.
Padepokan PSHT Dk. Putatsari Kel. Kroyo, Kec. Karangmalang, Kab.
Sragen.
Telp. 0271-894143
18 018 KLATEN MARDJONO Pakis. Jl. Jogya –
Solo Km 17 Gg. II No. 26 Timur SMUN Delanggu Klaten 57473. Telp.
0272-552661
19 019 PEKALONGAN SURIPTO Jl.
Kusuma Bangsa Gg. IC Perum Puskesmas Kandang Panjang Pekalongan
51115, Telp. 0285-413575/ 0285-421263 K
20 020 BANDUNG AGUS SANTOSO, Ir. Komplek Sukamenak Blok N. 16 Kopo Bandung.
Telp. 022-5400703/
0811210386
21 021 BOGOR SURADI 021-8750786 R
08129562734
SLTP Taruna Bhakti
Cimanggis Jl. Perkapuran Ds.
Curug RT 02/06 Bogor, Jawa Barat 16953
22 022 CILEGON MOCH. NUR SUDRAJAT 0254-393146 Jl. Lembang Raya 8
Citangkil Cilegon. Telp. 0254-395945/391104 Fax. 0254-395839
23 023 PALEMBANG DARYONO/PANCA
SUORO
Jl. Purwosari II
No. 024-025 RT.049 RW.010 Kel.
Bukit
Sangkal Kec. Kalidoni Palembang 08127101964
24 024 BOJONEGORO SUWARNO 0358-889763 Jl. Dr. Setyobudi
No. 31 Bojonegoro 62113, Telp. 0353-884248/883544
25 025 JEMBER SUHERI, SH./ SAPTONO YUSUF Jl. Ciliwung I/73
Jember Telp. 0331-426097
26 026 LAHAT Drs. MASRONI Jl. Bandar Jaya
Blok D No. 69 Lahat Telp. 0731-23760
27 027 BANGKA – BELITUNG HUSMAN, A. Md. Jl. Batin Tikal
Gg. Linggo SD Negeri 378 Air Ruay Kec. Pemali Sungai Liat Bangka
28 028 PONTIANAK SLAMET K/SOFYAN Jl.
Kom. Yos Sudarso Gg. Alpokat Permai No. 40 Pontianak
Telp. 0561-774192,
Fax. 0561-736057
29 029 BANGKALAN FAUSI, SE. Jl. KH. Hasyim
Asyari 47 Bangkalan 69115, Telp. 031-3095369, Fax. 031-3095039
30 030 KUPANG EKO NASIKUN Jl.
Nefona IV/74 Perumnas Kel.
Nefonaek, Kupang
NTT, Telp. 0380-832744/832191
31 031 SUMENEP SUPIANDI, Drs. Perumahan Batu
Kencana Blok H No. 37 Sumenep Madura, Telp. 0328-671279
32 032 TAPIN EDI SUMARYANA,
Drs. HP 08164560116
Jl. PB. Sudirman
No. 02 RT.IX Dulang Rantau Tapin 71111, Telp. 0517-31664
33 033 BALIKPAPAN SUBAGYO, SE. PT. PP/Ex. PT.
Cipta Niaga Jl.
Gajah Mada 22 Balikpapan Kaltim, Telp. 0542-410578
34 034 WONOGIRI SUGIYATTO, Drs. Jl. Diponegoro 69
Wonogiri 57615 Telp. 0273-323722-
Wiyono/
0273-323192-
Sunoto
35 035 SINGKAWANG SYAHID HZ Jl.
Kalimantan No. 40 Singkawang 29111 Kalimantan Barat
36 036 TIMIKA JOKO LEGONO
PRIYANTO
Jalan Nanas Timika
Jaya Ex. SP II Padepokan PSHT
P.O Box 99
Phone:
+62901323632
Kabupaten Timika -
Papua
37 037


38 038 CILACAP JOKO SUSANTYO d/a SAPTO SUGIONO Jl. Raya Slarang
No. 87 RT.01/05 Kesugihan Cilacap 53274 Telp. 0282-695533
39 039 PURWOREJO SETYO BUDI
CAHYONO, Drs.
Jl. Tanjung Anom
76 RT.01/IX Kutoarjo Purworejo 54212
40 040 BANJARMASIN LASMINTO Jl.
Belitung Darat Komp. Navigasi No.140, K. Telp. 0511-65492
41 041 SAMARINDA SUGENG RAHARDJO Jl. Danau Maninjau
No.29 RT.14 Samarinda 75117, Telp. 0541-746980
42 042 KEBUMEN

43 043 JOMBANG SOERJONO, ST. Perumda Jl.
Anggrek IX B.5 Jombang, Telp. 0321-870143/ 0354-443249
44 044 PROBOLINGGO AGUS HARIYANTO,
SSos.
Jl. Prof D.R.
Hamka 459 Probolinggo 67252 Telp. 0335-426194
45 045 SIMALUNGUN M. TAHIR/ SURATNO Jl. Rajimin Purba
No.89 Pasar IA Perdagangan 21184 Simalungun Sum-Ut, Telp. 0622-96513
46 046 BANJAR SUKADI Jl. Padat Karya RT
03 Cabi Kec. Simpang Empat Kab. Banjar 70673
47 047 MAGELANG NUHADI ABAS, Ir. Jl. Ringin Anom
No.186 RT.02/03 Magelang 56114 Telp. 0293-311050/
08122700594
48 048 KENDAL BUDIYONO Ds. Jenarsari
RT.01 RW.03 Gemuh Kendal 51356, Telp. 0294-643842
49 049 PEMALANG BAMBANG LUKIARSO SLTPN 1 Comal Jl.
A. Yani No.22 Comal – Pemalang 52363 Telp. 0285-577191
K
50 050 BOYOLALI MARYONO, SPd. Jl. Sendowo No. 18
B Banaran RT.08/RW.02 Banaran Boyolali
51 051 LAMONGAN HARTO, SPd. Telp.
0322-390914/324334
SLTPN 1 Turi
Lamongan Jl. Raya 164 Turi
Lamongan
52 052 MATARAM

53 053 BEKASI SUGITO RANDI
HUSODO
Kampung Dua, RT 003/02 No. 94 Kecamatan Jaka Sampurna
Bekasi 17145
Phone: +6221 –
88953807
E-mail:
arief.heru@hp.com
54 054 TANGERANG V. BAMBANG
HERNUX’S
Jl. Wortel III
No.10 Perumnas Tangerang, Telp.021-5580206 Fax.5587653
55 055 LANGKAT Drs. SARWOKO PT. Buana Estate
Perkebunan Citra Raya, Kec.Secangkang Kab.Langkat Sum-Ut 20855
56 056 PAMEKASAN SAHURI RODANI Jl. Gatot Kaca
No.32 Pamengkasan Madura, Telp.0324-329043 (Jenny)
57 057 BLITAR JARWANTO, SH HP : 0823420265 Dk.
Maron, Selokajang, Kec. Srengat, Kab.
Blitar.
58 058 TULUNGAGUNG HADI PURNOMO Ds.Sobontoro Indah
Blk. RSU Dsn. Greco RT.01 RW.05 Tulungagung 66322 Telp. 0355-324202
59 059 TUBAN MUSTOFA, SH Jl. Sendangharjo
Gg. III/83 Tuban Telp. 0356-323605
60 060 BANYUWANGI PRIBAGYO Jl.
Merapi Sepanjang Kulon Glenmore Banyuwangi, Telp. 0333-322063/845110
K
61 061 PEKANBARU TJIPTADI PT. CPI Caltex
Pasifik Indonesia Duri, Bag.
HES
Bekasap, Duri RIAU Telp. 0765-994377 K
62 062 GROBOGAN JUMAEDI Jl.
Mukti II No.105 Kuwu Kradenan Grobogan 08157616491
63 063 PACITAN GUNTAR SUYANTO,
Drs.
Jl. Brawijaya
Lingk. Sidoasri Kel. Sidoharjo Pacitan Telp. 0357-883226
64 064 MAKASSAR SULASNA BTN Cinranae Jl.
Rambutan Blok F/6 Mandai Makassar, Telp. 0411-553923
65 065 PANGKALAN BUN RUDOLF DITAL Telp. 0532-24090 Jl. Jend. Sudirman
45 Pangkalan Bun, Telp. 0532-21828
66 066 BATANG HARYUDI Jl. Raya
Wonokerso, Wonokerso Reban Batang51273, Telp. 0285-667015
67 067 BUNGO SUTARSIH Jl. Pamenang No.5
Kuamang Kuning XVI Bungo Jambi 37252

Jumat, 12 Februari 2016

Ilmu PSHT

SETIA HATI TERATE ADALAH ILMU ALAM

Di masa sekarang banyak para pendekar yg tidak mengetahui bahwa ilmu Setia Hati Terate adalah Ilmu Alam.Mereka mempelajari ilmu Setia Hati Terate hanya sekedar permainan bela diri saja dan tidak mengetahui ilmu yg tersirat di dalamnya.Bukankah 5 Panca Dasar PSHT sudah mereka ketahui.Mungkin kebatinan lah yang harus ditekankan oleh para pelatih agar antara Jasmani dan Rohani para Pendekar PSHT seimbang dan bisa menjadi Manusia Yang Berbudi Luhur Tahu Benar dan Salah.
Dalam gerakan jurus PSHT sebenarnya sudah mengajari kita tentang ilmu alam tapi kita kurang mendalami arti gerakan-gerakan itu.Sebagai contoh Gerakan Jurus :
Jurus 1 : Manusia berasal dari hubungan antara Ibu dan Ayah kita,masuknya sperma ke dalam rahim sang ibu.
Jurus 7 : Janin mulai bergerak menendang karena sudah menunjukkan adanya kehidupan di alam kandungan.
Jurus 8 : janin yg berumur 8 bulan lebih lemah dari bayi uang berumur 7 bulan.
Jurus 10 : Bayu telah lahir ke dunia melalui membukanya Guo Garbane Ibu.
Jurus 11 : setelah bayi lahir kedunia kita harus tahu siapa yang melahirkan kita (siapa ayah dan ibu kita)
Jurus 12 & 13 : manusia mengemban (gembol) amanah di dunia sebagai khalifah untuk keluarga dan masyarakat.
Jurus 16 s/d 20 : jurus ini adalah jurus yg paling rumit dipelajari diantara 36 jurus lainnya,jurus ini mengartikan bahwa manusia pada umur 16 s/d 20 adalah masa yg sulit untuk mencari jati diri mereka ( sopo sira,sopo ingsun).
Dan masih banyak yg lainnya.
Jurus-jurus tersebut diciptakan bukan hanya untuk bertarung saja tapi juga untuk memahami arti hidup kita di dunia.Tetapi banyak dari kadang dulur PSHT yg disalah gunakan untuk berbuat kriminal,tawuran dan yg paling parah untuk berkelahi antar sesama Warga PSHT sendiri yg kita adalah masih satu garis keguruan.Jika Eyang Suro Diwiryo dan Ki Hardjo Utomo masih ada di dunia ini mereka mungkin akan menangis melihata anak-anak mereka melakukan perbuatan yg tidak semestinya.Beliau mendirikan PSHT bukan untuk berkelahi tapi untuk hidup rukun berdampingan,mengayomi masyarakat dan saling membantu dalam hal kebaikan bukan untuk disalah gunakan.
Semoga tulisan ini dapat menyadarkan Para Pendekar Persaudaran Setia Hati Terate untuk hidup lebih baik seperti Para Sesepuh kita, meskipun kita berbeda aliran baik dari Pencak Silat Cempaka Putih,Ikatan Kera Sakti,Pagar Nusa,Tunas Muda Winongo,Persaudaraan Setia Hati Terate atau pun yg lainnya.Tapi kita adalah Para Putra Bangsa berjuang mengembangkan Budaya Asli anak Bangsa yg diturunkan dari Para Leluhur kita.Dan kita harus bangga mempunyai Khas Indonesia yaitu Pencak Silat yg harus kita jaga agar tetap lestari sebagai ciri khas Bangsa Indonesia.
SEMOGA BERMAFAAT...CAH LERENG LAWU,MAGETAN,JATIM..SALAM PERSAUDARAAN DARI PUTRA BANGSA..1922...

Kamis, 11 Februari 2016

Pengertian PSHT

Pengertian PSHT

                       ASAL USUL PSHT

ADA TIGA TAHAB
A. PERIODE PERINTISAN 
     PSHT   adalah organisasi bukanlah perguruan yg di dirikan oleh khy
  1.       Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada tahun 1922 oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo di Desa                   Pilangbango, Madiun
  2.  
            lanjutnya Atas restu dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo, pada tahun 1948, Soetomo             Mangkoedjojo, Darsono dan sejumlah siswa Ki Hajar, memprakarsai terselenggaranya konferensi pertama Setia Hati Terate. Hasilnya; sebuah langkah pembaharuan diluncurkan. Setia Hati Terate        yang dalam awal perintisannya berstatus sebagai perguruan pencak silat di rubah menjadi “organisasi persaudaraan” dengan nama “Persaudaraan Setia Hati Terate”.
      pertama SH Terate yang digelar tahun 1948, tiga butir pembaharuan dilontarkan.

1. Merubah sistem Organisasi dan Perguruan Pencak Silat (paguron) menjadi “Organisasi    Persaudaraan dengan nama Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)”  

2. Menyusun Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang pertama.
3. Mengangkat Soetomo Mangkoedjojo sebagai ketua.
arti dari persaudaraan tidak membeda bedakan derajat manusia karna manusia di sisi TUHAN sama drajatnya kita tak bisa merubah takdir tapi dengan adanya organisasi PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE uKITA BISA SALING MEMBANTU KARNA DLM PSHT SUDAH ADA IKATAN PERSAUDARAAN /SEDULURAN YG  HARUS KITA JAGA 

Kesepakatan menjadikan daya gerak organisasi bertumpu pada “sistem di P. Jawa, tapi merambah ke luar jawa. Selama itu pula, cabang PSHT yang semula hanya 5 cabang bertambah menjadi 46 cabang. 
Dan di PSHT  ada beberapa tingkatan siswa menuju warga 
1 .capol (calon polos )
2.sabuk polos
3. sabuk njambon 
4.sabuk ijo (ijem) 
5.petak (putih) kecil 
6.mori sak dedek sak pengawe (warga tingkat 1)
 ARTI SABUK PSHT DLM MASING MASING TINGKATAN 
1. CAPOL (CALON POLOS)
 seorang siswa yg belum mengerti arti dari apa itu persaudaraan dan apa itu organisasi  yg harus d beri bekal ke SH an 
2. ARTI SABUK POLOS ATAU HITAM 
     Sabuk polos atau hitam secara mendasar mengandung arti bahwa siswa yg berada di tingkat polos adalah siswa yg buta atau tidak mengetahui dgn baik organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate. Warna hitam menunjukkan warna dasar dari pakaian SH Terate sehingga warna sabuk polos dapat berarti juga siswa polos adalah siswa yg baru blajar dan baru mengenal Persaudaraan Setia Hati Terate dan tidak boleh ditunjukan kepada orang lain.
3.arti sabuk njambon 
 
   Sabuk jambon secara mendasar mengandung maksud bahwa siswa jambon adalah siswa yg mulai mengenal SH Terate dan mengenal arah yg benar. Warna jambon mengandung arti warna keragu-raguan, jadi sifat ragu-ragu selalu ada di siswa tingkatan jambon. Dalam berbagai sumber, jambon juga mengandung maksud adalah sifat matahari yg terbit atau sifat matahari yg terbenam, yaitu sifat yg mulai mengarah ke suatu kepastian tetapi masih dalam taraf mengantung dan belum tetap wataknya. 
4. ARTI SABUK IJEM /IJO
 Sabuk hijau secara mendasar mengandung maksud bahwa siswa hijau adalah siswa yg sudah mantap/tenang hatinya. Warna hijau mengandung arti warna keadilan dan keteguhan dalam menjalani sesuatu. Sifat inilah yg di harapkan terbentuk pada siswa hijau, dimana siswa tersebut maupun berbuat adil, mulai dididik untuk madep, karep, mantep, dengn mengutamakan ajaran SH Terate.
5.ARTI SABUK PETAK / PUTIH KECIL
  Sabuk putih atau putih kecil adalah tingkatan siswa yg terakhir dalam latihan Persaudaraan Setia Hati Terate. Sabuk putih berarti bahwa seseorang yg telah mencapai tingkatan ini adalah orang yg telah mengerti arah yg sebenarnya dan telah mengetahui perbedaan antara benar dan salah. Pada tingkatan ini, seorang siswa akan menamatkan pelajaran SH Terate baik pelajaran olah kanuragan (beladiri) maupun pelajaran kerohanian/ke-SH-an.
Warna putih melambangkan kesucian, oleh karena itu sifat dan watak yg diharapkan dari siswa tingkat putih adalah siswa tersebut dapat bertindak berdasarkan prinsip kebenaran, dan bersikap tenang seperti air yg mengalir. Dalam suatu pepatah SH Terate disebutkan “tiniti liring, tindak ing ati”PUTIH adalah kesucian  jadi kita harus bsa mengkosongkan hawa nafsu ,amarah dengki agar kita sesuci sabuk petak
6.arti mori

Mori dalam SH Terate adalah lambang,tanda,bendera, yang menyatakan bahwa pemilik dari mori tersebut adalah warga Setia Hati Terate yang sah / yang sudah disahkan.
Mori berwarna putih melambangkan kesucian hati, dalam arti selalu berbuat kebajikan, tidak mempunyai sifat tercela, dan tidak mau pemiliki barang-barang-barang yang tidak sah / bukan miliknya. Warna putih juga melambangkan kepasrahan kita kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Mengenai panjang mori sebaiknya sakdedeg sakpengawe ( dapat dilebihi sedikit ) ini juga suatu lambang bahwa hendaknya cita-cita/kemauan kita harus diukur dengan kemampuan yang ada.
Mori harus disimpan di tempat yang bersih, rapi dan mudah dilihat, ini agar kita selalu teringat dan merasa terpanggil untuk berbuat baik dan berbudi luhur,Mori juga sebagai pengingat bahwa kita manusia pasti akan mengalami kematian.
banyak yg slh arti & penafsiran,banyak warga /KADHANG SETIA HATI(khususnya yg baru di kecer)yg
menganggap bahwa MORI adl semacam benda pusaka yg di kultuskan/di keramatkan,kadang ada yg menganggap bahwa MORI mempunyai yoni/ada penunggunya,saya tersenyum melihat & mendengar pernyataan ini,,,mari kita bahas bersama !!!
  MORI JGN SAMPAI KENA
SINAR MATAHARI NANTI PENUNGGUNYA
PERGI,MORI JGN DI CUCI PAKAI SABUN NANTI
PENUNGGU MORI BS NGAMUK,MORI JGN DI
PERAS WAKTU NYUCI NANTI BADAN KITA BS
SKIT SEMUA KARENA KWALAT"

Rabu, 10 Februari 2016

Sejarah PSHT

Sejarah Persaudaraan Setia Hati
Pada tahun 1903, bertempat di Kampung Tambak Gringsing, Surabaya, Ki Ngabeni Surodiwirjo membentuk persaudaraan yang anggota keluarganya disebut “Sedulur Tunggal Ketjer”, sedangkan permainan pencak silatnya disebut “Djojo Gendilo”
Tahun 1912, Ki Ngabeni Surodiwirjo berhenti bekerja karrena merasa kecewa disebabkan seringkali atasannya tidak menepati janji. Selain itu suasana mulai tidak menyenangkan karena pemeintah Hindia Belanda menaruh curiga; mengingat beliau pernah melempar seorang pelaut Belanda ke sungai dan beliau telah membentuk perkumpulan pencak silat sebagai alat pembela diri, ditambah pula beliau adalah seorang pemberani, Pemerintah Hindia Belanda mulai kwatir, beliau akan mampu membentuk kekuatan bangsa Indonesia dan menentang mereka. Setelah keluar dari pekerjaannya, beliau pergi ke Tegal.
Tahun 1914, Ki Ngabehi Surodiwirjo kembali ke Surabaya dan bekerja di Djawatan Kereta Api Kalimas, dan tahun 1915 pindah ke bengkel Kereta Api Madiun. Disini beliau mengaktifkan lagi Persaudaraan yang telah dibentuk di Surabaya, yaitu “Sedulur Tunggal Ketjer”, hanya pencak silatnya sekarang disebut “Djojo Gendilo Tjipto Muljo”. Sedangkan pada tahun 1917, nama – nama tersebut disesuaikan denngan keadaan zaman diganti menjadi nama “Perssaudaan Setia Hati”

Ki Hadjar Hardjo Oetomo
Salah satu murud Ki Ngabehi Surodiwirjo yang militan dan cukup tangguh, yaitu Ki Hadjar Hardjo Oetomo mempunyai pendapat perlunya suatu organisasi untuk mengatur dan menertibkan personil maupun materi pelajaran Setia Hati, untuk itu beliau meohon doa restu kepada Ki Ngabehi Surodiwirjo. Ki Ngabehi Surodiwirjo memberi doa restu atas maksud tersebut., karena menurut pendapat beliau hal – hal seperti itu adalah tugas dan kewajiban anak muridnya, sedangkan tugas beliau hanyalah “menurunkan ilmu SH”. Selain itu Ki Ngabehi Surodiwirjo berpesan kepada Ki Hadjar Hardjo Oetomo agar jangan memakai nama SH dahulu.
Setelah mendapat ijin dari Ki Ngabehi Surodiwirjo, Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada tahun 1922 mengembangkan ilmu SH dengan nama Pencak Silat Club (P. S. C).
Karena Ki hadjar Hardjo Oetomo adalah orang SH, dan ilmu yang diajarkan adalah ilmu SH, maka lama – kelamaan beliau merasa kurang sreg mengembangkan ilmu SH dengan memakai nama lain, bukan nama SH. Kembali beliau menghadap Ki Ngabehi Surodiwirjo menyampaikan uneg – unegnya tersebut dan sekalian mohon untuk diperkenankan memakai nama SH dalam perguruannya. Oleh Ki Ngabehi Surodiwirjo maksud beliau direstui, dengan pesan jangan memakai nama SH saja, agar ada bedanya. Maka Pencak Silat Club oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo diganti dengan nama “SETIA HATI MUDA” (S. H. M).

Peranan Ki Hadjar Hardjo Oetomo Sebagai Perintis Kemerdekaan
Ki Hadjar Hardjo Oetomo mengembangkan ilmu SH di beberapa perguruan yang ada pada waktu antara lain perguruan Taman Siswo, Perguruan Boedi Oetomo dan lain – lain. Dalam mengajarkan ilmu SH beliau diantaranya adalah menamakan suatu sikap hidup, ialah “kita tidak mau menindas orang lain dan tidak mau ditindas oleh orang lain”. Walaupun pada waktu itu setiap mengadakan latihan tidak bisa berjalan lancar, karena apabila ada patroli Belanda lewat mereka segera bersembunyi; tetapi dengan dasar sikap hidup tersebut murid – murid beliau akhirnya menjadi pendekar – pendekar bangsa yang gagah berani dan menentang penjajah kolonialisme Belanda. Dibandingkan keadaan latihan masa lalu yang berbeda dengan keadaan latihan saat ini, seharusnya murid – murid SH lebih baik mutu dan segalanya dari pada murid – murid SH yang lalu. Melihat sepak terjang murid – murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang dipandang cukup membahayakan, maka Belanda segera menangkap Ki Hadjar Hardjo Oetomo bersama beberapa orang muridnya, dan selanjutnya dibuang ke Digul. Pembuangan Ki Hadjar Hadjo Oetomo ke Digul berlangsung sampai dua kali, karena tidak jera – jeranya beliau mengobarkan semangat perlawanan menentang penjajah.
Selain membuang Ki Hadjar hardjo Oetomo ke Digul, Pemerintah Hindia Belanda yang terkenal dengan caranya yang licik telah berusaha memolitisir SH Muda dengan menjuluki SHM bukan SH Muda, melainkan SH Merah; Merah disini maksudnya adalah Komunis. Dengan demikian pemerintah Belanda berusaha menyudutkan SH dengan harapan SH ditakuti dan dibenci oleh masyarakat dan bangsa Indonesia. Menanggapi sikap penjajah Belanda yang memolitisir nama SH Muda dengan nama SH Merah, maka Ki Hadjar Hardjo Oetomo segera merubah nama SH Muda menjadi “Persaudaan Setia Hati Terate” hingga sampai sekarang ini.
Melihat jasa – jasa Ki Hadjar Hardjo Oetomo tersebut, maka pemerintah Indonesia mengakui beliau sebagai “Pahlawan Perintis Kemerdekaan” , dan memberikan uang pensiun setiap bulan sebesar Rp. 50.000,00 yang diterimakan kepada isteri beliau semasa masih hidup.
Setelah meninggal dunia, beliau dimakamkan di makam “Pilangbango”, yang terlatak di sebelah Timur Kotamadya Madiun, dari Terminal Madiun menuju ke arah Timur. Beliau mempunyai 2 (dua) orang putra, yaitu seorang putri yang diperisteri oleh bapak Gunawan, dan Seorang putra yang bernama bapak “Harsono” sekarang berkediaman di jalan Pemuda no. 17 Surabaya. Ibu Hardjo Oetomo meninggal pada bulan September 1986 di tempat kediamannya, di desa Pilangbango Madiun.
Rumah beliau, oleh Bapak Harsono dihibahkan kepada Persaudaraan Setia Hati Terate pada akhir tahun 1987 dengan harga Rp. 12,5 juta. Rencana Pengurus Pusat, bekas rumah kediaman pendiri Persaudaraan SH Terate tersebut akan dipugar menjadi “Museum SH Terate” agar generasi penerus bisa menyaksikan peninggalan pendahulu – pendahulu kita sejak berdiri sampai dengan perkembangannya saat ini.



Konflik PSHT dengan WINONGO

                                                                              





SH Terate adalah perguruan silat legendaris yang berperan menyebarkan pencak silat ke berbagai daerah (bahkan manca negara). Di pusatnya, Madiun, terdapat ribuan pendekar SH terate yang tersebar sampai pelosok-pelosok kampung. Bagi pemuda-pemuda di daerah Madiun, menjadi anggota SH terate adalah tradisi yang mereka laksanakan secara turun temurun. Bahkan banyak keluarga yang dari Kakek buyut sampe cicit, semua adalah anggota PS SH Terate. Hal ini membuat SH Terate sebagai organisasi, cukup disegani di kawasan Madiun karena memiliki massa yang sangat besar.

Sayang, di Madiun sering terjadi perkelahian massal antara anggota SH Terate dan anggota SH Tunas Muda (Winongo). Sebenarnya pendiri kedua perguruan silat tersebut berasal dari perguruan yang sama. Menurut hikayat, asal muasal pencak silat di Madiun adalah dari seorang pendekar bernama Suro (Mbah Suro).

Perguruan silat ini kemudian berkembang cukup pesat. Mbah Suro memiliki banyak sekali murid. Namun diantara sekian ratus muridnya, ada dua yang paling menonjol. Yang satu kemudian mendirikan perguruan silat sendiri di daerah Winongo Madiun, dan kemudian di kemudian hari menjelma menjadi SH Tunas Muda. Sementara yang satunya meneruskan perguruan silat mbah Suro dan kemudian menjelma menjadi SH Terate.

Awalnya, kedua perguruan tersebut saling berdampingan dengan damai satu sama lain. SH Winongo memiliki pengaruh di daerah madiun kota, sementara SH Terate mengakar di daerah madiun pinggir/pedesaan. Benih perpecahan dimulai ketika antara tahun 1945-1965 an, banyak pendekar SH Winongo yang berafiliasi dengan PKI. SH Terate yang menganggap ilmu SH (Setia Hati) yang diturunkan oleh mbah Suro merupakan ilmu yang berbasis ajaran Islam, merasa SH Winongo mulai keluar dari jalur tersebut.

Perselisihan semakin menjadi-jadi antara tahun 1963-1967, dimana banyak pendekar dari kedua perguruan yang terlibat bentrok fisik dalam peristiwa-peristiwa politik. Meski banyak anggotanya yang berafiliasi kiri, namun secara organisasi SH Winongo tidak terlibat dalam aktivitas kekirian tersebut. Hal inilah yang kemudian menyelamatkan perguruan silat ini dari pembubaran oleh pemerintah.

Setelah masa pembersihan anggota PKI yang berlangsung antara tahun 1967-1971 di daerah Madiun, SH Winongo sedikit demi sedikit mulai kehilangan pamornya. Puncaknya, pada era 1980-an bisa dikatakan perguruan silat ini dalam keadaan mati suri. Konon, banyak pendekar SH Terate yang berperan sebagai eksekutor para anggota PKI (termasuk beberapa pendekar SH Winongo yang terlibat PKI) di kawasan Madiun. Hal inilah yang kemungkinan memicu dendam pendekar SH Winongo yang non-PKI tapi merasa memiliki solidaritas pada kawan-kawannya yang dieksekusi tersebut.

Entah kebetulan atau tidak, seiring dengan munculnya PDI sebagai kekuatan politik yang cukup kuat pada era 1990-an, pamor SH Winongo sedikit demi sedikit mulai naik kembali. Banyak pemuda dari kawasan perkotaan Madiun yang masuk menjadi anggota SH Winongo. Madiun kota sendiri merupakan basis PDI yang cukup kuat. Sementara Madiun kabupaten merupakan basis NU dan Muhammadiyah. Banyak yang mengatakan bahwa situasi tersebut mirip dengan situasi di zaman ‘60-an, dimana PKI berkuasa di Madiun kota dan NU berkuasa di Madiun Kabupaten.

Seiring dengan perkembangan tersebut, mulai sering terjadi perkelahian antar pendekar di berbagai pelosok Madiun. Perkelahian yang juga melibatkan senjata tajam tersebut tak jarang berakhir dengan kematian salah satu pihak. Pada waktu itu, Madiun bagaikan warzone para pendekar silat (termasuk dengan senjata tajam dan senjata lainnya). Di berbagai sudut kota dan kampung terdapat grafiti yang menunjukkan identitas kelompok pendekar yang menguasai kawasan tersebut. Pendekar SH Terate menggunakan istilah SHT (Setia Hati Terate) atau TRD (Terate Raja Duel) untuk menandai basisnya. Sementara SH Winongo menggunakan istilah STK, yang kemudian diplesetkan menjadi “Sisa Tentara Komunis”, untuk menandai kawasan mereka.

Pada kurun waktu 1990-2000, STK mengalami perkembangan jumlah anggota yang sangat pesat. Desa Winongo sebagai markas besar mereka, pada awalnya masih mudah diserang oleh pendekar SHT dari wilayah tetangga. Namun karena kekuatan mereka yang semakin besar membuat Winongo menjadi untouchable area. Hampir seluruh pemuda dan lelaki di desa ini menjadi anggota STK yang militan, sehingga penyerbuan SHT ke wilayah ini menjadi semakin sulit dilakukan.

STK menggunakan taktik populis dalam merekrut anggota baru. Mereka masuk ke SMP dan SMU di kota Madiun dan menawarkan status pendekar secara instan kepada pemuda-pemuda yang mau bergabung. Sementara untuk meraih status pendekar di SHT, persyaratannya cukup berat dan memakan waktu cukup lama. Tawaran menjadi pendekar instan tersebut tentu saja mendapat sambutan yang besar dari para pemuda yang belum mengetahui esensi sebenarnya sebuah panggilan “pendekar”. Di Madiun, menjadi pendekar adalah sebuah kehormatan yang diimpi-impikan para pemuda. Predikat pendekar menjadi sangat elit karena harus dicapai dengan susah payah. Seorang Pendekar dipastikan memiliki kemampuan silat dan fisik yang prima, serta pemahaman agama yang dalam.

Akibat taktik populis yang dilakukan STK, kode etik pertarungan antar pendekar yang selama ini terjaga, sedikit demi sedikit mulai pudar. Anak-anak muda yang naif (pendekar instan) mulai menggunakan cara-cara yang kurang etis dalam berkelahi. Misalnya mereka mengeroyok lawan, menculik lawan di rumah, tawuran (lempar-lemparan batu), menyerang dari belakang, dan cara-cara yang tidak terhormat lainnya. Awalnya pendekar-pendekar SHT yang memegang teguh kode etik pertarungan pencak silat, masih berupaya sabar. Namun, akhirnya mereka kehilangan kesabaran setelah korban di pihak mereka mulai berjatuhan.

Tercatat, terjadi beberapa kali pertarungan yang memakan korban jiwa akibat tindakan yang tidak sportif. Pernah terjadi kasus dimana dua orang pendekar yang sedang berboncengan sepeda ontel, di tebas dari belakang oleh lawan bersepeda motor dengan menggunakan clurit. Kemudian ada juga kasus seorang pendekar yang sedang menggarap sawah, ditebas dari belakang oleh lawannya dengan menggunakan pacul.

Kejadian-kejadian tersebut merupakan gambaran betapa etika pertarungan sportif satu lawan satu yang selama ini dipegang erat oleh para pendekar, mulai pudar.

Cikal bakal dua perguruan silat terbesar di Madiun, SH Terate dan SH Winongo, adalah sebuah perguruan pencak silat puritan bernama SH Putih. SH Putih didirikan oleh seorang pendekar silat bernama Mbah Suro pada tahun 1903. Mbah Suro adalah seorang pengembara, dia telah melanglang buana sampai ke Tiongkok dan India untuk mempelajari berbagai ilmu bela diri.

Setelah merasa cukup ilmu, Mbah Suro pulang ke tanah kelahirannya, dan mendirikan sebuah perguruan pencak silat tanpa nama. Berdasarkan ilmu yang didapatkannya selama mengembara, ia mengembangkan jurus-jurus silat baru yang kemudian membawa pembaharuan dalam ilmu beladiri asli nusantara ini.

Antara SH Winongo dengan SH Terate menganut prosedur yang berbeda dalam penetapan seorang murid menjadi “WARGA”. Di SH Winongo, seorang murid yang baru masuk, harus segera disahkan sebagai “WARGA” agar ikatan emosional dan fisik yang bersangkutan dengan perguruan tidak terlepas lagi. Sementara di SH Terate, untuk menjadi “WARGA” seorang murid harus menjalani proses yang panjang dan sangat keras. Seorang “WARGA” dalam filosofi SH Terate haruslah pendekar yang benar-benar telah memahami esensi dari ilmu pencak silat itu sendiri, terutama kegunaannya bagi masyarakat. Sehingga, sedikit sekali dalam satu angkatan, seorang murid SH Terate akhirnya dapat mencapai level menjadi “WARGA”







      Jiwa patriotisme yang tinggi ditunjukkan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo, salah seorang        Saudara  Tertua Setia Hati, dengan bantuan teman-temannya dari Pilang Bango, Madiun dengan berani menghadang kereta api yang lewat membawa tentara Belanda atau mengangkut perbekalan militer. Penghadangan, pelemparan, dan perusakkan yang terjadi berulang-ulang sampai akhirnya ia ditangkap PID Belanda dan mendapat hukuman kurungan di penjara Cipinang dan dipindahkan ke Padang, Sumatera Barat. Setelah dibebaskan, Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang telah mendirikan Setia Hati Pencak Sport Club yang kemudian mengaktifkan kembali perguruannya sampai akhirnya berkembang dengan nama Persaudaraan Setia Hati Terate.